Rabu, 16 Mei 2012

FF 2

Assalamu'alaikum, ini adalah lanjutan dari I Need You 1. baca dan komen yak :D


Malamnya, ketika sedang tiduran di kasur, handphone Se Ryung berdering. Ketika ia melihat nama yang tampak di layarnya, dia kaget setengah mati. Itu BYUN BAEK HYUN. Yang menelponnya adalah tuan-yang-tidak-mungkin-menelpon-duluan!
“A—annyeong…”sapa Se Ryung ragu-ragu. jangan-jangan ini Chanyeol yang sengaja mengerjainya.
“Annyeong, sedang apa?”tanya Baek Hyun di telpon. Suaranya sama indahnya dengan saat Baek Hyun bicara langsung. Entah kenapa Se Ryung merasa deg-degan. Meskipun sudah 1 tahun menjadi teman, Baek Hyun dan Se Ryung belum pernah SEKALIPUN saling menelpon. Dan itu benar-benar terjadi.
“Eo, eh, aku… aku… sedang…… sedang tidur!”
“Mwo, apakah aku mengganggumu?”
“YA! Mana mungkin!”
Se Ryung mendengar Baek Hyun menghela nafas. Mendadak kaku seperti baru saja ditiupkan nafas kehidupan oleh malaikat. “Kenapa kau tidur di jam segini?”
Sekali lagi Se Ryung kaku, dia menatap jam dan melihat jarum pendeknya masih menunjuk angka 7 malam. “Eh, emmm, aku—”
“Sudah makan?”tanya Baek Hyun memotong kata-kata Se Ryung.
“Imi. Kau?”
“Belum.”
Krik.


“Kenapa belum makan? Tidak lapar?”tanya Se Ryung berusaha perhatian. Dia sudah bosan memberi perhatian pada Baek Hyun. Gadis itu sudah berhenti melakukannya sebulan yang lalu. Sekarang dia canggung lagi.
“Mendengar suaramu aku jadi tidak nafsu makan.”
“YA! BERANINYA KAU MENGATAKAN ITU BYUN BAEK HYUN!”
Dan mendadak Se Ryung berubah jadi patung ketika mendengar Baek Hyun tertawa di telpon. Terakhir kali Se Ryung mendengar Baek Hyun tertawa sekitar beberapa bulan yang lalu. Itu karena teman sekelas mereka jatuh terpeleset di depan kelas karena kebodohannya sendiri.


-Chanyeol POV-
Mendengar Se Ryung bercerita seceria itu sebenarnya membuatku senang. Dia memang selalu ceria, tapi aura cerianya kali ini begitu nyata. Tapi, meskipun aku ikut bahagia mendengar Baek Hyun berubah, aku juga merasakan sakit hati yang amat sangat. Seperti ada ribuan jarum menusuk jantungku, hatiku, dan otakku. Antara kesal dan senang.
“Entah ada angin apa tadi malam. Tapi, aku tidak perduli! Yang penting dia sudah berubah!”seru gadis yang ada di hadapanku sekarang. Aku tersenyum. Hanya untuk menunjukkan bahwa aku senang sebagai temannya. Tapi sebagai pria yang menyukainya, aku sangat, sangat sakit hati.
Kalau saja aku tidak pemalu, aku pasti sudah menyatakan cinta pada Se Ryung jauh sebelum Baek Hyun datang dan menghancurkan semuanya.

-Se Ryung POV-
Aku menggigit kue yang kubeli di café itu. dalam hati bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi pada pacarku, yang 3 hari lalu masih begitu dingin dan menyebalkan, berubah menjadi hangat dan lumayan menyenangkan.
Ketika aku menggigit untuk yang kedua kalinya, tiba-tiba aku melihat Baek Hyun duduk di bangku lain di café itu. dia berada sekitar 7 meter di depanku tanpa menyadari bahwa aku ada di sini. Tanpa pikir panjang, aku segera menghampirinya.
“Annyeong…”sapaku.
“Apa yang kau lakukan di sini?”tanya Baek Hyun dingin. Seperti ada ribuan Kristal es menusuk dadaku dan membekukannya di saat yang bersamaan. Aku mendadak kaku. Dia mulai menyebalkan lagi!
“Apa maksudmu? Ini kan café untuk umum!”balasku kesal, “apa kemarin malam kau benar-benar tidak makan?”
“Aku sudah bilang, mendengar suaramu membuatku tidak nafsu makan. Jadi kenapa aku harus makan?”
Gicho!
“Hari ini ada festival, kau mau datang?”tanyaku. dia langsung melirik jamnya. Dan mendadak aku langsung curiga.
“Ja. Eoeso.”
Aku tambah curiga ketika dia langsung berdiri dan menarik jaketnya. Dia menatapku, menunggu aku berdiri. Tapi yang kulakukan justru hanya shock di situ tanpa berbuat apapun.
“Ya! Apa yang kau lakukan! Cepat! Keburu malam!”perintah Baek Hyun sambil menggeret tanganku. Aku berkedip tidak percaya.
Yang lebih tidak bisa dipercaya adalah ketika Baek Hyun dan aku sedang berada di festival sekarang. Aku berulangkali mencubit pipiku untuk meyakinkan bahwa semua ini bukan mimpi. Sebab aku sering bermimpi Baek Hyun tiba-tiba tersenyum padaku dan bermain bersamaku di sebuah festival, danau, atau sekolah. Di mana saja dan wajahnya lebih ceria daripada anak kecil yang mendapatkan mainan barunya.
Kami bermain dan bersenang-senang. Baek Hyun juga terlihat menikmati acara main ini. Malam ini aku banyak menemukan senyum mengembang di wajahnya. Hal yang paling ingin kulihat di dunia. Kami membeli es krim, permen kapas, dan bahkan kami bertarung untuk mendapatkan boneka naga dengan menjatuhkan botol dengan bola pingpong. Dan entah bagaimana kami berdua kalah.
Selanjutnya aku menantang Baek Hyun menembak tumpukan gelas sampai gelas itu hancur. Jika Baek Hyun bisa menghancurkan gelas plastic itu, kami akan mendapatkan boneka beruang. Dia melakukannya!
Aku mendapatkan sebuah boneka beruang. Karena ini pertamakalinya bagiku, aku merasa sangaaaaaat bahagia.

-Author POV-
Ketika Baek Hyun dan Se Ryung beranjak pulang, tiba-tiba, Baek Hyun terhenti. Se Ryung juga jelas ikut terhenti. Se Ryung merasakan Baek Hyun melepaskan genggamannya.
“Baek Hyun, bol sigando olae….”ujar seorang gadis yang menghentikan langkah Baek Hyun. Gadis itu sangat cantik, rambutnya panjang berwarna hitam. Dan Baek Hyun menatapnya tanpa berkedip.
“Ha Na?”gumam Baek Hyun. Se Ryung hanya diam. Di antara bingung dan takut.
“Aku merindukanmu.”ujar gadis itu lagi. Dia mendekat kemudian memeluk Baek Hyun. Se Ryung menatap kedua orang itu tidak percaya.

-Baek Hyun POV-
Aku tidak percaya Ha Na kembali. Wanita itu, yang sudah 1 tahun meninggalkanku, kini kembali lagi di hadapanku. Aku masih tidak percaya. Dan dia memelukku di depan Se Ryung, bahkan tanpa bertanya siapakah Se Ryung bagiku.
“Siapa gadis ini, Baek Hyun?”tanya Ha Na padaku. Aku menoleh ke arah Se Ryung, membayangkan apa yang akan terjadi jika aku mengatakan bahwa Se Ryung adalah pacarku sendiri.
“Ah, Annyeong, aku Geum Se Ryung. Teman sekelasnya Baek Hyun.”jawab Se Ryung. Tanpa mengetahui maksud dari kata-kata Se Ryung, aku kembali menatap Ha Na.
“Hananim gamsahabnida,”ujar Ha Na tersenyum begitu manis, “aku pikir Baek Hyun sudah melupakanku dan mencari gadis lain. Aku Kim Ha Na, kekasih Baek Hyun.” kedua gadis itu berjabat tangan. Kini aku bingung apa yang harus ku katakan lagi. Aku bisa melihat air mata yang ditahan oleh Se Ryung untuk tidak keluar. Aku merasa bersalah pada gadis polos itu. maafkan aku, Se Ryung.

-Se Ryung POV-
Kucurahkan semua isi hatiku pada Chanyeol. Dia mendengarkan tanpa berkata apapun. Aku ingin menangis sekuat-kuatnya. Tapi aku juga belum selesai bercerita. Baru 4 hari Baek Hyun berubah jadi kekasih yang kuinginkan, tapi tiba-tiba Ha Na datang dan menghancurkan semuanya.
Air mataku mengalir deras di pipi tanpa bisa kutahan. Tiba-tiba Chanyeol meletakkan tangannya di bahuku dan membiarkan wajahku yang penuh air mata bersandar di bahunya. Begini lebih baik. Aku merasa lebih tenang sekarang.
“Sudahlah. Lupakan dia.”ujar Chanyeol. Tapi aku hanya membalasnya dengan tangisan yang tak henti-hentinya.
Kami berdua duduk di depan rumahku tanpa berkata apapun lagi setelah Chanyeol mengatakan itu.  aku ditipu oleh Baek Hyun sialan itu. ternyata kebaikan yang dia berikan padaku hanya kefanaan. Hanyalah kesan baik sebelum dia benar-benar meninggalkanku.

-Baek Hyun POV-
Aku terdiam menatap jendela sambil tiduran di atas kasur. Memikirkan apa saja yang akan kulakukan dan kukatakan pada Se Ryung setelah kejadian kemarin malam. Dia pasti menganggap aku sangat jahat dan tidak berperasaan.
Sebelum Se Ryung menyatakan cinta padaku, aku yakin Ha Na akan kembali padaku lebih cepat. 1 bulan setelah aku pacaran dengan Se Ryungpun aku masih memikirkan Ha Na. Chanyeolpun tau hal itu. yang membuatku heran, kenapa dia tidak pernah memberitahukan soal Ha Na pada Se Ryung. Aku tau memberitahu hal itu hanya akan menghancurkan Se Ryung. Tapi Chanyeol tau bahwa aku pindah ke sekolahnya karena ditinggalkan oleh Ha Na. seharusnya, sebagai sahabat yang selalu bersama Se Ryung, dia tidak memperbolehkan Se Ryung jatuh cinta padaku.
Setelah setahun ini, aku tidak sama sekali berpikir Ha Na akan kembali. Karena otakku sudah penuh dengan Se Ryung. Otakku, secara otomatis sudah mematri bahwa orang yang kubutuhkan sekarang bukan Ha Na lagi. Tapi Se Ryung.
“Baek Hyun-ah, mau makan apa?”tanya Ha Na dari balik pintu kamarku. Dia tinggal bersamaku untuk beberapa hari sebelum menemukan apartemen baru.
“Ne. aku tidak nafsu makan.”balasku. dia tersenyum. Aku tidak mengerti kenapa dia tersenyum. Tapi dia tidak berubah. Bagiku—setahun yang lalu—dia adalah gadis paling sempurna. Ditambah dengan senyumnya yang sangat manis itu. Ha Na adalah noonaku. Dia sekitar 4 tahun lebih tua dariku. Namun—dulu—aku sangat tergila-gila padanya. Kami pacaran sejak aku kelas 3 SMP sampai kelas 2 SMA ketika dia tiba-tiba pergi meninggalkanku dan tidak bisa dihubungi sama sekali.
Sebenarnya aku sudah mengenal Ha Na ketika kelas 5 SD, tapi saat itu aku masih terlalu muda untuk mengatakan ‘aku suka padamu’ pada anak kelas 2 SMP. Dan lagi aku malu mengatakan hal itu. bagaimanapun juga, dia lebih tua dariku. Setiap langkah yang kubuat untuk dekat dengannya adalah tantangan yang sangat berat.
“Apa kau marah padaku?”tanya Ha Na lagi. Dia mendekat dan duduk di sampingku.
“Ne.”jawabku singkat.
“Bohong.”balasnya lagi, bibirnya cemberut.
Aku memalingkan muka, “namja mana yang tidak kesal ditinggalkan oleh kekasihnya yang tiba-tiba saja tidak bisa dihubungi sama sekali, entah kemana perginya, dan menggantung-gantungkan hubungan mereka seperti mainan?”ujarku. memang itulah kenyataan yang harus kuterima sekarang.
Ha Na memelukku dan menyandarkan kepalanya ke bahuku dengan manja, “mianhae. Aku kan sudah menjelaskan padamu bahwa ayahku memanggilku ke Jepang.”
“Kenapa kau tidak menghubungiku?”
“Aku benar-benar tidak sempat. Setiap mau menghubungimu, ibuku selalu datang dan menyuruhku melakukan ini itu. jika tidak ada ibukupun, aku sangat sibuk. Apa kau tidak mengerti?”
Aku menghela nafas. Kalimat-kalimat terakhirnya tadi menghancurkan hatiku. Sekarang, aku tidak mengerti siapa yang sebenarnya benar-benar kubutuhkan.

-Chanyeol POV-
Dia masih tidak bersemangat. Gadis cantik yang selalu berceloteh ria denganku setiap pagi ini tidak mengatakan apapun sejak tadi aku bertemu dengannya di depan rumah. Tersenyumpun tidak. Aku kasihan padanya. Diantara ingin menenangkan hatinya, tapi juga ragu apakah hal itu berguna untuknya.
Kemarin Baek Hyun tidak berangkat sekolah tanpa diketahui kenapa. Sekarang, kami melihatnya duduk di tempat biasa. Se Ryung duduk di sampingnya juga tanpa mengatakan apapun. Dan tentunya sambil cemberut.
Aku menatap kedua orang itu duduk dengan canggung. Ingin rasanya aku memukul Baek Hyun. Aku ingin memukulnya atas dasar sahabat sekaligus namja yang menyukai Se Ryung. Bagaimanapun juga, Baek Hyun keterlaluan!

-Author POV-
Baek Hyun mengetahui keberadaan Se Ryung. Namun ia tidak tau harus berkata apa. Dia takut setiap kata yang mengalir dari mulutnya hanya akan membuat Se Ryung sakit hati. Dia tau bagaimana rasanya sakit hati. Tapi dia tidak menyangka akan membuat orang yang dia butuhkan sekarang sama sakit hatinya dengan dia dulu.
Saat ini, Baek Hyun tidak mengerti apa yang sebenarnya dia inginkan. Dia sudah terbiasa bersama Se Ryung sekarang. Dengan kata lain, dia membutuhkan Se Ryung ada di sampingnya karena dia merasa sangat nyaman dengan yeoja manis itu. namun, di sisi lain, dia tidak ingin kehilangan Ha Na lagi.
Tapi, entah kenapa sekarang dia tidak menatap Ha Na seperti seorang namja menatap kekasihnya. Seolah tidak masalah jika dia tidak bersama Ha Na. tapi beda dengan Se Ryung. Dia benar-benar menginginkan kehidupan di mana Se Ryung berusaha menarik perhatiannya dan bicara padanya seperti anak kecil.
“Se Ryung-ah, mianhae, kemarin—“
“Sudahlah. Lupakan saja.”balas Se Ryung sebelum Baek Hyun melanjutkan kata-katanya. Baek Hyun tidak akan menyalahkan kemarahan Se Ryung sekarang, tapi ia ingin Se Ryung memberinya kesempatan untuk bicara.
“Dengarkan aku dulu.”ujar Baek Hyun menatap Se Ryung.
Se Ryung membalas tatapannya. Lingkaran hitam di mata Se Ryung yang terbentuk karena menangisi Baek Hyun itu terlihat menyedihkan. Baek Hyun tidak tega menatap yeoja itu.
“Apa yang harus kudengar?”tanya Se Ryung sinis. Tentu saja dia sinis. Yeoja itu langsung memalingkan muka. Baek Hyun tidak bisa mengatakan apapun lagi. Akhirnya mereka diam sampai selesainya jam sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar