Malamnya,
ketika sedang tiduran di kasur, handphone Se Ryung berdering. Ketika ia melihat
nama yang tampak di layarnya, dia kaget setengah mati. Itu BYUN BAEK HYUN. Yang
menelponnya adalah tuan-yang-tidak-mungkin-menelpon-duluan!
“A—annyeong…”sapa
Se Ryung ragu-ragu. jangan-jangan ini Chanyeol yang sengaja mengerjainya.
“Annyeong,
sedang apa?”tanya Baek Hyun di telpon. Suaranya sama indahnya dengan saat Baek
Hyun bicara langsung. Entah kenapa Se Ryung merasa deg-degan. Meskipun sudah 1
tahun menjadi teman, Baek Hyun dan Se Ryung belum pernah SEKALIPUN saling
menelpon. Dan itu benar-benar terjadi.
“Eo, eh, aku…
aku… sedang…… sedang tidur!”
“Mwo, apakah
aku mengganggumu?”
“YA! Mana
mungkin!”
Se Ryung
mendengar Baek Hyun menghela nafas. Mendadak kaku seperti baru saja ditiupkan
nafas kehidupan oleh malaikat. “Kenapa kau tidur di jam segini?”
Sekali lagi
Se Ryung kaku, dia menatap jam dan melihat jarum pendeknya masih menunjuk angka
7 malam. “Eh, emmm, aku—”
“Sudah
makan?”tanya Baek Hyun memotong kata-kata Se Ryung.
“Imi. Kau?”
“Belum.”
“Kenapa belum
makan? Tidak lapar?”tanya Se Ryung berusaha perhatian. Dia sudah bosan memberi
perhatian pada Baek Hyun. Gadis itu sudah berhenti melakukannya sebulan yang
lalu. Sekarang dia canggung lagi.
“Mendengar
suaramu aku jadi tidak nafsu makan.”
“YA!
BERANINYA KAU MENGATAKAN ITU BYUN BAEK HYUN!”
Dan mendadak
Se Ryung berubah jadi patung ketika mendengar Baek Hyun tertawa di telpon.
Terakhir kali Se Ryung mendengar Baek Hyun tertawa sekitar beberapa bulan yang
lalu. Itu karena teman sekelas mereka jatuh terpeleset di depan kelas karena
kebodohannya sendiri.
-Chanyeol
POV-
Mendengar Se
Ryung bercerita seceria itu sebenarnya membuatku senang. Dia memang selalu
ceria, tapi aura cerianya kali ini begitu nyata. Tapi, meskipun aku ikut
bahagia mendengar Baek Hyun berubah, aku juga merasakan sakit hati yang amat
sangat. Seperti ada ribuan jarum menusuk jantungku, hatiku, dan otakku. Antara
kesal dan senang.
“Entah ada
angin apa tadi malam. Tapi, aku tidak perduli! Yang penting dia sudah
berubah!”seru gadis yang ada di hadapanku sekarang. Aku tersenyum. Hanya untuk
menunjukkan bahwa aku senang sebagai temannya. Tapi sebagai pria yang
menyukainya, aku sangat, sangat sakit hati.
Kalau saja
aku tidak pemalu, aku pasti sudah menyatakan cinta pada Se Ryung jauh sebelum
Baek Hyun datang dan menghancurkan semuanya.
-Se Ryung
POV-
Aku menggigit
kue yang kubeli di café itu. dalam hati bertanya-tanya apa yang sebenarnya
sedang terjadi pada pacarku, yang 3 hari lalu masih begitu dingin dan
menyebalkan, berubah menjadi hangat dan lumayan menyenangkan.
Ketika aku
menggigit untuk yang kedua kalinya, tiba-tiba aku melihat Baek Hyun duduk di
bangku lain di café itu. dia berada sekitar 7 meter di depanku tanpa menyadari
bahwa aku ada di sini. Tanpa pikir panjang, aku segera menghampirinya.
“Annyeong…”sapaku.
“Apa yang kau
lakukan di sini?”tanya Baek Hyun dingin. Seperti ada ribuan Kristal es menusuk
dadaku dan membekukannya di saat yang bersamaan. Aku mendadak kaku. Dia mulai
menyebalkan lagi!
“Apa
maksudmu? Ini kan café untuk umum!”balasku kesal, “apa kemarin malam kau
benar-benar tidak makan?”
“Aku sudah
bilang, mendengar suaramu membuatku tidak nafsu makan. Jadi kenapa aku harus
makan?”
Gicho!
“Hari ini ada
festival, kau mau datang?”tanyaku. dia langsung melirik jamnya. Dan mendadak
aku langsung curiga.
“Ja. Eoeso.”
Aku tambah
curiga ketika dia langsung berdiri dan menarik jaketnya. Dia menatapku,
menunggu aku berdiri. Tapi yang kulakukan justru hanya shock di situ tanpa
berbuat apapun.
“Ya! Apa yang
kau lakukan! Cepat! Keburu malam!”perintah Baek Hyun sambil menggeret tanganku.
Aku berkedip tidak percaya.
Yang lebih
tidak bisa dipercaya adalah ketika Baek Hyun dan aku sedang berada di festival
sekarang. Aku berulangkali mencubit pipiku untuk meyakinkan bahwa semua ini
bukan mimpi. Sebab aku sering bermimpi Baek Hyun tiba-tiba tersenyum padaku dan
bermain bersamaku di sebuah festival, danau, atau sekolah. Di mana saja dan
wajahnya lebih ceria daripada anak kecil yang mendapatkan mainan barunya.
Kami bermain
dan bersenang-senang. Baek Hyun juga terlihat menikmati acara main ini. Malam
ini aku banyak menemukan senyum mengembang di wajahnya. Hal yang paling ingin
kulihat di dunia. Kami membeli es krim, permen kapas, dan bahkan kami bertarung
untuk mendapatkan boneka naga dengan menjatuhkan botol dengan bola pingpong.
Dan entah bagaimana kami berdua kalah.
Selanjutnya
aku menantang Baek Hyun menembak tumpukan gelas sampai gelas itu hancur. Jika
Baek Hyun bisa menghancurkan gelas plastic itu, kami akan mendapatkan boneka
beruang. Dia melakukannya!
Aku mendapatkan
sebuah boneka beruang. Karena ini pertamakalinya bagiku, aku merasa sangaaaaaat
bahagia.
-Author POV-
Ketika Baek
Hyun dan Se Ryung beranjak pulang, tiba-tiba, Baek Hyun terhenti. Se Ryung juga
jelas ikut terhenti. Se Ryung merasakan Baek Hyun melepaskan genggamannya.
“Baek Hyun, bol sigando olae….”ujar seorang gadis yang menghentikan
langkah Baek Hyun. Gadis itu sangat cantik, rambutnya panjang berwarna hitam.
Dan Baek Hyun menatapnya tanpa berkedip.
“Ha
Na?”gumam Baek Hyun. Se Ryung hanya diam. Di antara bingung dan takut.
“Aku
merindukanmu.”ujar gadis itu lagi. Dia mendekat kemudian memeluk Baek Hyun. Se
Ryung menatap kedua orang itu tidak percaya.
-Baek
Hyun POV-
Aku
tidak percaya Ha Na kembali. Wanita itu, yang sudah 1 tahun meninggalkanku,
kini kembali lagi di hadapanku. Aku masih tidak percaya. Dan dia memelukku di
depan Se Ryung, bahkan tanpa bertanya siapakah Se Ryung bagiku.
“Siapa
gadis ini, Baek Hyun?”tanya Ha Na padaku. Aku menoleh ke arah Se Ryung,
membayangkan apa yang akan terjadi jika aku mengatakan bahwa Se Ryung adalah
pacarku sendiri.
“Ah,
Annyeong, aku Geum Se Ryung. Teman sekelasnya Baek Hyun.”jawab Se Ryung. Tanpa
mengetahui maksud dari kata-kata Se Ryung, aku kembali menatap Ha Na.
“Hananim
gamsahabnida,”ujar Ha Na tersenyum begitu manis, “aku pikir Baek Hyun sudah
melupakanku dan mencari gadis lain. Aku Kim Ha Na, kekasih Baek Hyun.” kedua
gadis itu berjabat tangan. Kini aku bingung apa yang harus ku katakan lagi. Aku
bisa melihat air mata yang ditahan oleh Se Ryung untuk tidak keluar. Aku merasa
bersalah pada gadis polos itu. maafkan aku, Se Ryung.
-Se
Ryung POV-
Kucurahkan
semua isi hatiku pada Chanyeol. Dia mendengarkan tanpa berkata apapun. Aku
ingin menangis sekuat-kuatnya. Tapi aku juga belum selesai bercerita. Baru 4
hari Baek Hyun berubah jadi kekasih yang kuinginkan, tapi tiba-tiba Ha Na
datang dan menghancurkan semuanya.
Air
mataku mengalir deras di pipi tanpa bisa kutahan. Tiba-tiba Chanyeol meletakkan
tangannya di bahuku dan membiarkan wajahku yang penuh air mata bersandar di
bahunya. Begini lebih baik. Aku merasa lebih tenang sekarang.
“Sudahlah.
Lupakan dia.”ujar Chanyeol. Tapi aku hanya membalasnya dengan tangisan yang tak
henti-hentinya.
Kami
berdua duduk di depan rumahku tanpa berkata apapun lagi setelah Chanyeol mengatakan
itu. aku ditipu oleh Baek Hyun sialan
itu. ternyata kebaikan yang dia berikan padaku hanya kefanaan. Hanyalah kesan
baik sebelum dia benar-benar meninggalkanku.
-Baek
Hyun POV-
Aku
terdiam menatap jendela sambil tiduran di atas kasur. Memikirkan apa saja yang
akan kulakukan dan kukatakan pada Se Ryung setelah kejadian kemarin malam. Dia
pasti menganggap aku sangat jahat dan tidak berperasaan.
Sebelum
Se Ryung menyatakan cinta padaku, aku yakin Ha Na akan kembali padaku lebih
cepat. 1 bulan setelah aku pacaran dengan Se Ryungpun aku masih memikirkan Ha
Na. Chanyeolpun tau hal itu. yang membuatku heran, kenapa dia tidak pernah
memberitahukan soal Ha Na pada Se Ryung. Aku tau memberitahu hal itu hanya akan
menghancurkan Se Ryung. Tapi Chanyeol tau bahwa aku pindah ke sekolahnya karena
ditinggalkan oleh Ha Na. seharusnya, sebagai sahabat yang selalu bersama Se
Ryung, dia tidak memperbolehkan Se Ryung jatuh cinta padaku.
Setelah
setahun ini, aku tidak sama sekali berpikir Ha Na akan kembali. Karena otakku
sudah penuh dengan Se Ryung. Otakku, secara otomatis sudah mematri bahwa orang
yang kubutuhkan sekarang bukan Ha Na lagi. Tapi Se Ryung.
“Baek
Hyun-ah, mau makan apa?”tanya Ha Na dari balik pintu kamarku. Dia tinggal
bersamaku untuk beberapa hari sebelum menemukan apartemen baru.
“Ne.
aku tidak nafsu makan.”balasku. dia tersenyum. Aku tidak mengerti kenapa dia
tersenyum. Tapi dia tidak berubah. Bagiku—setahun yang lalu—dia adalah gadis
paling sempurna. Ditambah dengan senyumnya yang sangat manis itu. Ha Na adalah
noonaku. Dia sekitar 4 tahun lebih tua dariku. Namun—dulu—aku sangat
tergila-gila padanya. Kami pacaran sejak aku kelas 3 SMP sampai kelas 2 SMA
ketika dia tiba-tiba pergi meninggalkanku dan tidak bisa dihubungi sama sekali.
Sebenarnya
aku sudah mengenal Ha Na ketika kelas 5 SD, tapi saat itu aku masih terlalu
muda untuk mengatakan ‘aku suka padamu’ pada anak kelas 2 SMP. Dan lagi aku
malu mengatakan hal itu. bagaimanapun juga, dia lebih tua dariku. Setiap
langkah yang kubuat untuk dekat dengannya adalah tantangan yang sangat berat.
“Apa
kau marah padaku?”tanya Ha Na lagi. Dia mendekat dan duduk di sampingku.
“Ne.”jawabku
singkat.
“Bohong.”balasnya
lagi, bibirnya cemberut.
Aku
memalingkan muka, “namja mana yang tidak kesal ditinggalkan oleh kekasihnya
yang tiba-tiba saja tidak bisa dihubungi sama sekali, entah kemana perginya,
dan menggantung-gantungkan hubungan mereka seperti mainan?”ujarku. memang
itulah kenyataan yang harus kuterima sekarang.
Ha
Na memelukku dan menyandarkan kepalanya ke bahuku dengan manja, “mianhae. Aku
kan sudah menjelaskan padamu bahwa ayahku memanggilku ke Jepang.”
“Kenapa
kau tidak menghubungiku?”
“Aku
benar-benar tidak sempat. Setiap mau menghubungimu, ibuku selalu datang dan
menyuruhku melakukan ini itu. jika tidak ada ibukupun, aku sangat sibuk. Apa
kau tidak mengerti?”
Aku
menghela nafas. Kalimat-kalimat terakhirnya tadi menghancurkan hatiku.
Sekarang, aku tidak mengerti siapa yang sebenarnya benar-benar kubutuhkan.
-Chanyeol
POV-
Dia
masih tidak bersemangat. Gadis cantik yang selalu berceloteh ria denganku
setiap pagi ini tidak mengatakan apapun sejak tadi aku bertemu dengannya di
depan rumah. Tersenyumpun tidak. Aku kasihan padanya. Diantara ingin
menenangkan hatinya, tapi juga ragu apakah hal itu berguna untuknya.
Kemarin
Baek Hyun tidak berangkat sekolah tanpa diketahui kenapa. Sekarang, kami
melihatnya duduk di tempat biasa. Se Ryung duduk di sampingnya juga tanpa
mengatakan apapun. Dan tentunya sambil cemberut.
Aku menatap
kedua orang itu duduk dengan canggung. Ingin rasanya aku memukul Baek Hyun. Aku
ingin memukulnya atas dasar sahabat sekaligus namja yang menyukai Se Ryung.
Bagaimanapun juga, Baek Hyun keterlaluan!
-Author POV-
Baek Hyun
mengetahui keberadaan Se Ryung. Namun ia tidak tau harus berkata apa. Dia takut
setiap kata yang mengalir dari mulutnya hanya akan membuat Se Ryung sakit hati.
Dia tau bagaimana rasanya sakit hati. Tapi dia tidak menyangka akan membuat
orang yang dia butuhkan sekarang sama sakit hatinya dengan dia dulu.
Saat ini,
Baek Hyun tidak mengerti apa yang sebenarnya dia inginkan. Dia sudah terbiasa
bersama Se Ryung sekarang. Dengan kata lain, dia membutuhkan Se Ryung ada di
sampingnya karena dia merasa sangat nyaman dengan yeoja manis itu. namun, di
sisi lain, dia tidak ingin kehilangan Ha Na lagi.
Tapi, entah
kenapa sekarang dia tidak menatap Ha Na seperti seorang namja menatap
kekasihnya. Seolah tidak masalah jika dia tidak bersama Ha Na. tapi beda dengan
Se Ryung. Dia benar-benar menginginkan kehidupan di mana Se Ryung berusaha
menarik perhatiannya dan bicara padanya seperti anak kecil.
“Se Ryung-ah,
mianhae, kemarin—“
“Sudahlah.
Lupakan saja.”balas Se Ryung sebelum Baek Hyun melanjutkan kata-katanya. Baek
Hyun tidak akan menyalahkan kemarahan Se Ryung sekarang, tapi ia ingin Se Ryung
memberinya kesempatan untuk bicara.
“Dengarkan
aku dulu.”ujar Baek Hyun menatap Se Ryung.
Se Ryung
membalas tatapannya. Lingkaran hitam di mata Se Ryung yang terbentuk karena
menangisi Baek Hyun itu terlihat menyedihkan. Baek Hyun tidak tega menatap
yeoja itu.
“Apa yang harus kudengar?”tanya Se Ryung sinis.
Tentu saja dia sinis. Yeoja itu langsung memalingkan muka. Baek Hyun tidak bisa
mengatakan apapun lagi. Akhirnya mereka diam sampai selesainya jam sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar