Title : Remember (3)
Author : Kang Ji Na
Main Cast : Oh Se Hoon/Sehun (EXO-k), Kim Jong In/Kai (EXO-k), Kwon Ha Ra (Original Character a.k.a kiki)
Genre : Romance
-Sehun POV-
Sudah hampir 2 minggu semenjak kedatangan Kai. Setelah aku bersikap sok dingin pada Hara 2 minggu yang lalu sepertinya dia tidak tahan dan kemudian menemuiku. Dia bertanya, minta maaf dan juga berterimakasih karena telah memperkenalkan dirinya pada Kai. Aku tidak tau apa yang dia maksudkan. Di depan Kai, aku memanggil gadis itu ayam betina seperti biasa. Darimana Kai bisa tau nama Hara, itu masih menjadi misteri. Tapi Hara tampak tidak perduli. Selama dia bisa dekat dengan Kai, hal sesimpel itu memang tidak akan menjadi masalah untuknya.
Sudah hampir 2 minggu semenjak kedatangan Kai. Setelah aku bersikap sok dingin pada Hara 2 minggu yang lalu sepertinya dia tidak tahan dan kemudian menemuiku. Dia bertanya, minta maaf dan juga berterimakasih karena telah memperkenalkan dirinya pada Kai. Aku tidak tau apa yang dia maksudkan. Di depan Kai, aku memanggil gadis itu ayam betina seperti biasa. Darimana Kai bisa tau nama Hara, itu masih menjadi misteri. Tapi Hara tampak tidak perduli. Selama dia bisa dekat dengan Kai, hal sesimpel itu memang tidak akan menjadi masalah untuknya.
Tapi,
bagiku, itu cukup mengundang tanda tanya. Bagaimanapun juga, saat itu adalah
pertamakalinya Kai bertemu dengan Hara secara empat mata dan Kai baru 2 hari
berada di SMA. Setauku, dia hanya dekat denganku saja di sekolahan selama 2
hari itu. kepada siapa ia bertanyapun aku ragu. di kelas dia lebih banyak diam
dan mendengarkan dibanding bicara ataupun bertanya.
Dalam dua
minggu saja Hara dan Kai sudah akrab. Meskipun tidak sedekat aku dan Hara,
namun sepertinya Kai bisa mengimbangi semua pembicaraan Hara. Dan Kai
bertingkah seolah sudah mengenal Hara sejak lama. Dia bahkan tau makanan
favorit Hara ketika kami berada di kantin bersama. Aku saja baru bisa
menentukan makanan favorit Hara setelah sekitar 6 bulan menjadi temannya karena
dia makan apa saja dan jarang sekali membeli satu makanan yang pasti secara
berturut-turut. Tapi dengan mudah, Kai bisa menentukan makanan yang ingin Hara
beli yang sebenarnya juga makanan favoritnya.
Kadang saat
menatap Kai bersama Hara, timbul rasa marah dan kesal. Dan mungkin juga
cemburu. Tapi saat menatapnya sendirian, aku berharap bisa jadi teman dekatnya.
Dia sangat keren dan sebenarnya menyenangkan.
-Author
POV-
Kai menatap
rumah Hara dari luar. Sempat ragu apakah dia benar-benar akan memasuki rumah
itu atau tidak. Tangannya disembunyikannya di saku. Ia ingin memasuki rumah itu
hanya untuk bertemu dengan ibunya Hera. Ingin bertanya apa yang sebenarnya
terjadi pada sahabat lamanya itu.
Ia ragu.
keraguannya membuat ia berhasil mengurungkan niatnya untuk melangkah ke rumah
yang pernah ia masuki 7 tahun yang lalu itu.
“Jong In
hyung?”panggil seseorang dari belakang. Kai menoleh. Itu Ha Myon.
“Sudah lama
tidak ada yang memanggilku Jong In sejak aku menggunakan nama Kai.”ujar Kai
pada ibunya Hara, Nyonya Kwon.
“Iya, ya.
Sudah hampir 7 tahun. Kapan kau pindah ke sini, Jong In-ah?”balas Nyonya Kwon.
“Baik,
bagaimana dengan anda ahjumma?”
“Aku juga
baik.”
Kai menatap
Nyonya Kwon dengan ragu, “ahjumma, ah, aku mau menanyakan sesuatu.”
“Tanyakanlah,”balas
Nyonya Kwon sambil tersenyum.
“Kenapa
Hara tidak ingat lagi padaku? Dia…”potong Kai untuk memberi penekanan, “seperti
orang yang barusaja bertemu denganku seumur hidupnya.”
Tiba-tiba
Nyonya Kwon terdiam, wajahnya sedih. Kai tidak akan memaksa Nyonya Kwon apabila
ia memang tidak mau menceritakan apa yang terjadi pada Hara. Tapi sepertinya
Nyonya Kwon akan mulai bicara, “sesaat setelah kau pergi, beberapa bulan
setelahnya mungkin, Hara mengalami kecelakaan. Kepalanya terbentur trotoar dan
membuatnya amnesia. Entahlah, apa yang sebenarnya terjadi. Dia bisa mengingat
beberapa hal perlahan-lahan ketika kami menunjukkan benda-benda yang berkesan
untuknya. Dia melupakan hampir semua hal. Sekolah, teman, keluarga, apapun
juga. Namun dia seperti terlahir kembali. Dia menerimaku sebagai ibunya, Ha
Myon sebagai adiknya dan dia juga menerima suamiku sebagai ayahnya dengan mudah
meskipun awalnya dia sedih sekali. Dia mau mempelajari segala sesuatunya
kembali. Dia menerima pelajaran apapun yang kami berikan padanya sehingga ia
bisa kembali seperti Hara yang biasa, seperti anak-anak remaja pada umumnya
yang tidak pernah kenapa-napa. Tapi, hanya satu hal yang tidak bisa dia ingat,”
“Kau.”
Seperti ada
yang mebelah hati Kai saat itu juga, dia menatap Nyonya Kwon tanpa bicara
sepatah katapun. Sebutir air mata menetes ke tangannya. Jadi, Hara memang tidak
bisa mengingat dirinya lagi.
“Jong
In-ah, maafkan aku.”ujar Nyonya Kwon meninggalkan Jong In yang terpaku diam.
-Kai POV-
Ini namanya
kesedihan yang mewah. Aku menatap diriku sendiri di kaca jendela yang hanya
memantulkan sedikit dari bayangan diriku. Dari semua hal yang diberikan ibunya,
yang tidak dia terima hanya aku.
Handphoneku
berbunyi nyaring sekali. Enggan rasanya mengangkat telpon hari ini. Aku
menghampiri handphone hitam itu. Hara?
“Yeoboseo,”sapaku.
Suara riang
keluar dari handphoneku, “Yeoboseo! Kai-ah, ayo keluar! Hari sangat cerah lho!”
Aku diam.
Suara riangnya menarikku dari kesedihan. Saat kecelakaan dan dia amnesia, dia
juga melupakan seluruh keluarganya dan kehidupannya. Dia memulai semuanya dari
awal lagi. Mungkin saja tak ada benda paling berkesan yang ada sangkutpautnya
denganku sehingga dia tidak mengingatku.
Aku tidak
perlu menjadi Jong In yang pernah dikenal oleh Hara dulu. Aku hanya perlu
menjadi Kai dan membangun semua yang baru dengan Hara. Ne! Begitulah
seharusnya! Bertapa pintarnya aku.
“Ja. Kau
dimana?”
-Hara POV-
Aku
berjalan sambil menendang-nendang kerikil. Di samping kananku ada Kai dan di
samping kiriku ada Sehun. Kami berjalan dalam diam. Sudah 3 bulan semenjak
kedatangan Kai ke sekolah kami dan aku sangat senang karena dia menjadi salah
satu teman terdekatku.
Tiba-tiba
saja Sehun berhenti. Hal itu juga menghentikan langkahku dan Kai. Aku menatap
Sehun menerima telpon dan menunggu. Aku menatapnya. Menatap Sehun. Dia
mematikan ponselnya dan memasukkannya lagi ke saku.
“Apa ada
masalah?”tanyaku.
“Tidak,
hanya saja aku harus pergi sekarang.”jawab Sehun, “ada urusan penting. Aku
duluan, ya Hara, Kai.”
“Hati-hati
di jalan.”ujarku. aku dan Kai melambaikan tangan. Sehun berjalan agak
terburu-buru. Akhir-akhir ini dia agak aneh. Dia jarang memanggilku ayam betina
lagi. Dan dia sering pura-pura tidak dengar kalau aku memanggilnya dari
kejauhan. Jujur saja itu menggangguku. Aku lebih suka dia yang dulu.
Aku dan Kai
melanjutkan jalan-jalan. Sebenarnya aku sendiri tidak tau kemana kami pergi.
Kai juga tidak mengatakan apapun sepanjang perjalanan. Kami sampai di sebuah
restoran dengan nuansa tradisional.
“Mau
masuk?”tanya Kai. Aku mengangguk kemudian mengikutinya masuk ke dalam restoran
tanpa berkata apapun. Di otakku sedang penuh dengan Sehun sekarang. Sebelumnya
aku tidak pernah memikirkan Sehun lebih dari ini. Aku khawatir pertemanan kami
berada di ujung tanduk sekarang.
Kami duduk
di deretan paling belakang. Tidak banyak orang di bagian itu. seorang pelayan
mendatangi kami. Aku meminta Kai untuk memesan. Aku suka semua makanan jadi
tidak masalah makanan apa yang dipesan Kai. Pasti aku tetap menyukainya.
Pelayan itu pergi, tiba-tiba Kai menatapku sambil tersenyum.
“Ada apa,
Kai-ah?”tanyaku berusaha terlihat normal. Sebenarnya aku sangat gugup ditatap
orang semenggairahkan itu.
“Apa kau
benar-benar tidak ingat aku atau kau sengaja melupakanku?”tanya Kai balik.
Aku
menatapnya dengan tatapan tidak mengerti. tentu saja aku tidak mengerti.
memangnya dia siapa di masa laluku?
“Ayolah
Hara.”pintanya dengan tatapan tersiksa. Aku menggigit bibir bawahku. Kalau aku tau
aku pasti sudah memberitahunya. Tapi aku sama sekali tidak mengerti.
“Aku tidak
mengerti apa maksudmu, Kai.”jawabku agak tertekan.
Tiba-tiba
Kai mengeluarkan sesuatu dari kantungnya, aku menunggu dengan sabar. Dia
mengeluarkan sebuah gelang manik-manik. Gelang yang sama yang kupunya itu!
“Merasa
pernah melihatnya?”tanyanya.
“Bagaimana
benda itu bisa ada di tanganmu?”
“Tidakkah
kau punya gelang yang sama?”
Aku
menatapnya, “Bagaimana gelang itu bisa ada padamu?”
“Ini
milikku. Kau juga punya satu.”
“Jangan
bercanda!”bentakku padanya. Dia menatapku, kemudian meletakkan gelang itu di
atas meja.
“Tidakkah
kau ingat? Di sungai Han, 7 tahun yang lalu.”ujarnya, “kau dan aku masih kelas
5 SD, aku meninggalkanmu di Sungai Han dan memberimu gelang manik-manik. Aku berjanji
padamu akan kembali, ‘kan?”
-Kai POV-
Aku melihat
ekspresi kagetnya yang sangat nyata. Jika itu pertanda dia mulai mengingatku,
aku akan terus membuatnya terkejut. Dia menatapku tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Tiba-tiba matanya membulat.
“Kau Kim
Jong In?!”
Aku
membalas tatapan kagetnya. Dia memundurkan kursinya dengan kasar kemudian
berdiri. Tatapannya sarat akan kebencian.
“Ya, aku
Kim Jong In.”tambahku.
Tiba-tiba
dia memegangi kepalanya seperti orang kesakitan. Aku segera membopongnya.
Penasaran apa yang ada di pikirannya sekarang. Kembali membantunya duduk dan
seorang pelayan yang sama yang melayani kami tadi datang lagi sambil membawa
dua gelas kapucino panas. Hara masih memegangi kepalanya. Aku siap jika ia akan
marah atau melemparku dengan kopi panas. Tapi aku tidak akan pernah siap kalau
dia lupa padaku seperti yang sekarang terjadi ini.
Namun dia
tidak melempar kopi panas atau semacamnya. Dia justru diam saja seperti patung.
Dan ini benar-benar terasa menegangkan di mataku.
“Jong
In-ah,”ujarnya lirih.
“Ya?”
“Bukankah
kau berjanji akan kembali padaku setelah 4 tahun? Ini sudah 7 tahun.”
“Ne.
Mianhaeyo, Hara-ah. Ini benar-benar diluar dugaanku.”
Dan diluar dugaanku lagi, dia tersenyum. Tapi
hanya beberapa detik saja sampai akhirnya dia membenamkan kepalanya ke tangan
dan menangis. Yang bisa kulakukan hanya menatapnya tanpa tau apa yang harus
kukatakan padanya.
~~~~~~~~~~TO BE CONTINUED~~~~~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar