Kamis, 07 Juni 2012

FF (pesenan kiki C)

Assalamu'alaikum, ttp aja yak, to the point


Title : Remember (3)
Author : Kang Ji Na
Main Cast : Oh Se Hoon/Sehun (EXO-k), Kim Jong In/Kai (EXO-k), Kwon Ha Ra (Original Character a.k.a kiki)
Genre : Romance
Rating : Semua umur



-Sehun POV-
Sudah hampir 2 minggu semenjak kedatangan Kai. Setelah aku bersikap sok dingin pada Hara 2 minggu yang lalu sepertinya dia tidak tahan dan kemudian menemuiku. Dia bertanya, minta maaf dan juga berterimakasih karena telah memperkenalkan dirinya pada Kai. Aku tidak tau apa yang dia maksudkan. Di depan Kai, aku memanggil gadis itu ayam betina seperti biasa. Darimana Kai bisa tau nama Hara, itu masih menjadi misteri. Tapi Hara tampak tidak perduli. Selama dia bisa dekat dengan Kai, hal sesimpel itu memang tidak akan menjadi masalah untuknya.
Tapi, bagiku, itu cukup mengundang tanda tanya. Bagaimanapun juga, saat itu adalah pertamakalinya Kai bertemu dengan Hara secara empat mata dan Kai baru 2 hari berada di SMA. Setauku, dia hanya dekat denganku saja di sekolahan selama 2 hari itu. kepada siapa ia bertanyapun aku ragu. di kelas dia lebih banyak diam dan mendengarkan dibanding bicara ataupun bertanya.
Dalam dua minggu saja Hara dan Kai sudah akrab. Meskipun tidak sedekat aku dan Hara, namun sepertinya Kai bisa mengimbangi semua pembicaraan Hara. Dan Kai bertingkah seolah sudah mengenal Hara sejak lama. Dia bahkan tau makanan favorit Hara ketika kami berada di kantin bersama. Aku saja baru bisa menentukan makanan favorit Hara setelah sekitar 6 bulan menjadi temannya karena dia makan apa saja dan jarang sekali membeli satu makanan yang pasti secara berturut-turut. Tapi dengan mudah, Kai bisa menentukan makanan yang ingin Hara beli yang sebenarnya juga makanan favoritnya.
Kadang saat menatap Kai bersama Hara, timbul rasa marah dan kesal. Dan mungkin juga cemburu. Tapi saat menatapnya sendirian, aku berharap bisa jadi teman dekatnya. Dia sangat keren dan sebenarnya menyenangkan.

-Author POV-
Kai menatap rumah Hara dari luar. Sempat ragu apakah dia benar-benar akan memasuki rumah itu atau tidak. Tangannya disembunyikannya di saku. Ia ingin memasuki rumah itu hanya untuk bertemu dengan ibunya Hera. Ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada sahabat lamanya itu.
Ia ragu. keraguannya membuat ia berhasil mengurungkan niatnya untuk melangkah ke rumah yang pernah ia masuki 7 tahun yang lalu itu.
“Jong In hyung?”panggil seseorang dari belakang. Kai menoleh. Itu Ha Myon.

“Sudah lama tidak ada yang memanggilku Jong In sejak aku menggunakan nama Kai.”ujar Kai pada ibunya Hara, Nyonya Kwon.
“Iya, ya. Sudah hampir 7 tahun. Kapan kau pindah ke sini, Jong In-ah?”balas Nyonya Kwon.
“Baik, bagaimana dengan anda ahjumma?”
“Aku juga baik.”
Kai menatap Nyonya Kwon dengan ragu, “ahjumma, ah, aku mau menanyakan sesuatu.”
“Tanyakanlah,”balas Nyonya Kwon sambil tersenyum.
“Kenapa Hara tidak ingat lagi padaku? Dia…”potong Kai untuk memberi penekanan, “seperti orang yang barusaja bertemu denganku seumur hidupnya.”
Tiba-tiba Nyonya Kwon terdiam, wajahnya sedih. Kai tidak akan memaksa Nyonya Kwon apabila ia memang tidak mau menceritakan apa yang terjadi pada Hara. Tapi sepertinya Nyonya Kwon akan mulai bicara, “sesaat setelah kau pergi, beberapa bulan setelahnya mungkin, Hara mengalami kecelakaan. Kepalanya terbentur trotoar dan membuatnya amnesia. Entahlah, apa yang sebenarnya terjadi. Dia bisa mengingat beberapa hal perlahan-lahan ketika kami menunjukkan benda-benda yang berkesan untuknya. Dia melupakan hampir semua hal. Sekolah, teman, keluarga, apapun juga. Namun dia seperti terlahir kembali. Dia menerimaku sebagai ibunya, Ha Myon sebagai adiknya dan dia juga menerima suamiku sebagai ayahnya dengan mudah meskipun awalnya dia sedih sekali. Dia mau mempelajari segala sesuatunya kembali. Dia menerima pelajaran apapun yang kami berikan padanya sehingga ia bisa kembali seperti Hara yang biasa, seperti anak-anak remaja pada umumnya yang tidak pernah kenapa-napa. Tapi, hanya satu hal yang tidak bisa dia ingat,”
“Kau.”
Seperti ada yang mebelah hati Kai saat itu juga, dia menatap Nyonya Kwon tanpa bicara sepatah katapun. Sebutir air mata menetes ke tangannya. Jadi, Hara memang tidak bisa mengingat dirinya lagi.
“Jong In-ah, maafkan aku.”ujar Nyonya Kwon meninggalkan Jong In yang terpaku diam.

-Kai POV-
Ini namanya kesedihan yang mewah. Aku menatap diriku sendiri di kaca jendela yang hanya memantulkan sedikit dari bayangan diriku. Dari semua hal yang diberikan ibunya, yang tidak dia terima hanya aku.
Handphoneku berbunyi nyaring sekali. Enggan rasanya mengangkat telpon hari ini. Aku menghampiri handphone hitam itu. Hara?
“Yeoboseo,”sapaku.
Suara riang keluar dari handphoneku, “Yeoboseo! Kai-ah, ayo keluar! Hari sangat cerah lho!”
Aku diam. Suara riangnya menarikku dari kesedihan. Saat kecelakaan dan dia amnesia, dia juga melupakan seluruh keluarganya dan kehidupannya. Dia memulai semuanya dari awal lagi. Mungkin saja tak ada benda paling berkesan yang ada sangkutpautnya denganku sehingga dia tidak mengingatku.
Aku tidak perlu menjadi Jong In yang pernah dikenal oleh Hara dulu. Aku hanya perlu menjadi Kai dan membangun semua yang baru dengan Hara. Ne! Begitulah seharusnya! Bertapa pintarnya aku.
“Ja. Kau dimana?”

-Hara POV-
Aku berjalan sambil menendang-nendang kerikil. Di samping kananku ada Kai dan di samping kiriku ada Sehun. Kami berjalan dalam diam. Sudah 3 bulan semenjak kedatangan Kai ke sekolah kami dan aku sangat senang karena dia menjadi salah satu teman terdekatku.
Tiba-tiba saja Sehun berhenti. Hal itu juga menghentikan langkahku dan Kai. Aku menatap Sehun menerima telpon dan menunggu. Aku menatapnya. Menatap Sehun. Dia mematikan ponselnya dan memasukkannya lagi ke saku.
“Apa ada masalah?”tanyaku.
“Tidak, hanya saja aku harus pergi sekarang.”jawab Sehun, “ada urusan penting. Aku duluan, ya Hara, Kai.”
“Hati-hati di jalan.”ujarku. aku dan Kai melambaikan tangan. Sehun berjalan agak terburu-buru. Akhir-akhir ini dia agak aneh. Dia jarang memanggilku ayam betina lagi. Dan dia sering pura-pura tidak dengar kalau aku memanggilnya dari kejauhan. Jujur saja itu menggangguku. Aku lebih suka dia yang dulu.
Aku dan Kai melanjutkan jalan-jalan. Sebenarnya aku sendiri tidak tau kemana kami pergi. Kai juga tidak mengatakan apapun sepanjang perjalanan. Kami sampai di sebuah restoran dengan nuansa tradisional.
“Mau masuk?”tanya Kai. Aku mengangguk kemudian mengikutinya masuk ke dalam restoran tanpa berkata apapun. Di otakku sedang penuh dengan Sehun sekarang. Sebelumnya aku tidak pernah memikirkan Sehun lebih dari ini. Aku khawatir pertemanan kami berada di ujung tanduk sekarang.
Kami duduk di deretan paling belakang. Tidak banyak orang di bagian itu. seorang pelayan mendatangi kami. Aku meminta Kai untuk memesan. Aku suka semua makanan jadi tidak masalah makanan apa yang dipesan Kai. Pasti aku tetap menyukainya. Pelayan itu pergi, tiba-tiba Kai menatapku sambil tersenyum.
“Ada apa, Kai-ah?”tanyaku berusaha terlihat normal. Sebenarnya aku sangat gugup ditatap orang semenggairahkan itu.
“Apa kau benar-benar tidak ingat aku atau kau sengaja melupakanku?”tanya Kai balik.
Aku menatapnya dengan tatapan tidak mengerti. tentu saja aku tidak mengerti. memangnya dia siapa di masa laluku?
“Ayolah Hara.”pintanya dengan tatapan tersiksa. Aku menggigit bibir bawahku. Kalau aku tau aku pasti sudah memberitahunya. Tapi aku sama sekali tidak mengerti.
“Aku tidak mengerti apa maksudmu, Kai.”jawabku agak tertekan.
Tiba-tiba Kai mengeluarkan sesuatu dari kantungnya, aku menunggu dengan sabar. Dia mengeluarkan sebuah gelang manik-manik. Gelang yang sama yang kupunya itu!
“Merasa pernah melihatnya?”tanyanya.
“Bagaimana benda itu bisa ada di tanganmu?”
“Tidakkah kau punya gelang yang sama?”
Aku menatapnya, “Bagaimana gelang itu bisa ada padamu?”
“Ini milikku. Kau juga punya satu.”
“Jangan bercanda!”bentakku padanya. Dia menatapku, kemudian meletakkan gelang itu di atas meja.
“Tidakkah kau ingat? Di sungai Han, 7 tahun yang lalu.”ujarnya, “kau dan aku masih kelas 5 SD, aku meninggalkanmu di Sungai Han dan memberimu gelang manik-manik. Aku berjanji padamu akan kembali, ‘kan?”

-Kai POV-
Aku melihat ekspresi kagetnya yang sangat nyata. Jika itu pertanda dia mulai mengingatku, aku akan terus membuatnya terkejut. Dia menatapku tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tiba-tiba matanya membulat.
“Kau Kim Jong In?!”
Aku membalas tatapan kagetnya. Dia memundurkan kursinya dengan kasar kemudian berdiri. Tatapannya sarat akan kebencian.
“Ya, aku Kim Jong In.”tambahku.
Tiba-tiba dia memegangi kepalanya seperti orang kesakitan. Aku segera membopongnya. Penasaran apa yang ada di pikirannya sekarang. Kembali membantunya duduk dan seorang pelayan yang sama yang melayani kami tadi datang lagi sambil membawa dua gelas kapucino panas. Hara masih memegangi kepalanya. Aku siap jika ia akan marah atau melemparku dengan kopi panas. Tapi aku tidak akan pernah siap kalau dia lupa padaku seperti yang sekarang terjadi ini.
Namun dia tidak melempar kopi panas atau semacamnya. Dia justru diam saja seperti patung. Dan ini benar-benar terasa menegangkan di mataku.
“Jong In-ah,”ujarnya lirih.
“Ya?”
“Bukankah kau berjanji akan kembali padaku setelah 4 tahun? Ini sudah 7 tahun.”
“Ne. Mianhaeyo, Hara-ah. Ini benar-benar diluar dugaanku.”
Dan diluar dugaanku lagi, dia tersenyum. Tapi hanya beberapa detik saja sampai akhirnya dia membenamkan kepalanya ke tangan dan menangis. Yang bisa kulakukan hanya menatapnya tanpa tau apa yang harus kukatakan padanya.

~~~~~~~~~~TO BE CONTINUED~~~~~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar